Minggu, 15 Februari 2009

Menanti Waktu Atau Menghadapi Waktu_Yang Manakah?

Kalau aku diam, sebenarnya sih bukan semata-mata karena aku pasrah. Atau, seperti aku bilang: "Toh waktu akan menunjukkan belang yang sesungguhnya".
Karena aku sendiri meragukan bahwa itu adalah wujud penghambaanku. Jangan-jangan ini adalah kelemahanku yang meragukan kekuatanNya untuk menolongku. Aku merasa tertinggal dan ditinggal tanpa kekuatan untuk ngapa-ngapain. Dan aku bukanlah seorang Sun Tzu ahli siasat yang mungkin menganggap kepasrahan itu sebagai bagian dari siasat.
Atau aku bilang: "Aku mengibaratkan diriku sebagai teks, yang bebas dibaca orang dengan nada apapun bahkan dimaknai bagaimanapun. Jadi kenapa aku harus pusing dengan apa yang dipikirkan orang tentang aku".
"Tapi jika kita bisa melakukan sesuatu dan membuat bacaan itu menjadi bacaan yang bermakna positif, kenapa enggak? Kita mungkin bisa ceria dan tidak merasa ada masalah apapun. Tapi, ternyata ada orang lain yang merasa bermasalah dengan kita, apakah kita akan diam saja? Kita berada di dunia yang sempit, ketidakharmonisan itu akan berdampak buruk terhadap dunia kecil kita..." ujarmu membuatku berpikir dari sudut yang beda.
Ah! Kau membuatku ingin berpuisi di hadapanmu dengan keegoanku yang telanjang...
Naga Es
Akulah Sang Naga
Aku ingin memuntahkan apiku
Aku ingin menelan kerusakan ini
dan menghanguskan bagian-bagian yang tak kusukai
Panasku beku dalam dingin marahmu
Marahku lenyap dalam beku diammu
Harapanku menggigil
Aku tak berdaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar